Selasa, 17 Juni 2008

Kisah Masa Kecil Bagian 1


Mengingat masa kecil tentunya sangat menyenangkan.Banyak cerita lucu, sedih dan banyak pula yang dapat dijadikan pelajaran.Begitu juga dengan saya, banyak pengalam dimasa kecil bersama teman yang saat ini sudah entah dimana sibuk dengan jalan hidupnya masing-masing.

Dilahirkan dikecamatan paling ujung Sumatera Selatan yang berbatasan dengan Propinsi Bengkulu tepatnya Kabupaten Bengkulu Selatan.Tanjung Sakti nama kecamatan itu.Bagi masyarakat Sumsel jika mendengar nama kecamatan tersebut pasti identik dengan banyaknya masyarakat yang beragama katolik.Padahal tidaklah demikian keadaan sebenarnya. Memang kecamatan Tanjung sakti pada jaman dahulu merupakan pusat penyebaran agama katolik untuk wilayah sumsel.Hal ini ditandai dengan adanya Gereja tertua yang tepatnya berada di desa Pagarjati.Tetapi untuk masyarakatnya sendiri mayoritas beragama Islam, hanya sebagian kecil yang memeluk agama katolik.Keberagaman agama juga yang membuat masa kecil saya bergaul dengan anak-anak yang berlain agama dan membuat kami saling menghargai.Selain karena rumah kami memang berdekatan aku juga sekolah di sekolah katolik SD Xaverius 13.Meskipun sekolah ini sekolah katolik tapi sebagian besar siswanya adalah mayoritas beragama islam.Yang beragama Katolik hanyalah anak-anak yang orangtuanya bekerja di Pasturan sebutan kami untuk komplek tempat tinggal Pastur dan yang orangtuanya bekerja sebagai guru di sekolah tersebut.

Desaku lebih terkenal dengan sebutan "simpang tige" daripada nama sebenarnya yang diberikan pemerintah yaitu Pajar Bulan.Simpang Tige sebenarnya asal kata Tiga persimpangan yang terdapat di desaku, dimana disinilah pusat kegiatan masyarakat berlangsung.Karena belum ada terminal, maka angkutan yang menunggu penumpang yang ingin ke berbagai tujuan baik ke pagar alam, manna dan kedesa lain.Dengan adanya "terminal bayangan" ini, otomatis menimbulkan kegiatan ekonomi lainnya seperti pedagang makanan, sayuran, toko kelontong, dan penjual hasil bumi lainnya.Maka jadilah tempat ini semacam pasar meskipun tidak terlalu besar tapi cukup menjadi ikon bagi desaku.Satu hal lagi yang menjadi ciri has persimpangan ini adalah ditengah ketiga persimpangan tersebut terdapat sebuah tugu perjuangan dimana pada salahsatu bagian dinding tugu dituliskan nama-nama pejuang asal Tanjung sakti yang gugur pada jaman penjajahan.. dan dengan bangga aku mengatakan bahwa salahsatu nama yang ditulis disana adalah adik kandung dari kakekku he...he.. (harus bangga donk ada keluarga yang rela berjuang demi Negara.
Pagi itu aku sudah bersiap untuk kesekolah meskipun waktu baru jam 6 pagi.Ditengah dinginnya cuaca yang menyelimuti desaku diwaktu pagi aku sudah duduk dikursi rotan butut yang sudah tidak ada alas bagian bawahnya yang terletak di sebelah kiri pintu depan rumahku.Badanku yang kecil semakin menggigil seperti ayam yang tercebur ke sungai.Cuaca didesaku memang sangat dingin karena memang terletak di kaki gunung dempo.Aku orang yang paling pagi bangun dalam keluargaku.Saat kakak dan orangtuaku masih tidur, aku sudah mandi dan bersiap untuk ke sekolah walaupun sebenarnya jarak sekolahku dengan rumah hanya kurang lebih 50 meter tapi aku tetap yang paling duluan datang ke sekolah.Aku adalah murid sekolah Kristen Xaverius yang letaknya persis didepan rumah yang dikontrak oleh orangtuaku.Maklum sebagai pegawai negeri kecil sampai aku dan kakakku duduk di sekolah dasar bapak belum sanggup untuk mendirikan rumah.Berapa kali kami pindah dari satu rumah ke rumah lain hingga waktu itu sebagai anak kecil yang polos aku sempat protes kepada orangtuaku yang selalu membawa kami pindah rumah.. huh... sedih rasanya kalau mengingat masa itu.